Senin, 28 Juli 2008

"Paksaan"

Mengertilah dengan setiap keadaan yang ada..
terkadang hati ini tak bisa...! tapi ku coba untuk bisa..
karena paksaan tidak hanya berdampak negatif..
bahkan bisa positif...

Allah ciptakan hati dan kemauan..
Allah tak ciptakan itu melainkan hanya untuk kebaikan
nah biasanya kebaikan harus di paksakan,
sebenarnya kebaikan yang datang dari hati nurani
tak sebanding dengan kebaikan yang dipaksakan..

menurutku.. aku ini belum cukup baik..
masalahnya ukuran kebaikan itu aku kurang tau..
biar Allah saja yang ukur..
kalo masalah ini aku pasrah saja..
sekarang berusaha bagaimana caranya berbuat sebaik mungkin,

jika seandainya hidup di dunia ini gak ada imbalannya...
aku ga yakin ada kebaikan..
aku bersyukur sama Allah..
aku masih diberi kesempatan,
mudah-mudahan kesempatan ini bisa aku manfaatkan..

Allah beri kesempatan,
ok.. bismillah, dan jalankan semuanya..
selalu berusaha berbuat baik,
dan paksakan kebaikan itu demi hidup sekarang dan nanti..

el_fagre









Selasa, 22 Juli 2008

"Bukan puisi.."

Tak penting semua yang kau bilang..
hidup biasa saja, hadapi semuanya.
katakan saja bila iya, jangan biarkan tersiksa..
ketika hati tak sanggup lagi, lepaskan saja..
ketika jiwa tak mampu lagi, lepaskan saja..

Demi Allah yang punya kuasa,
aku rela dengan semua ketentuan-Nya
saat suka, jangan lupa fujian dan rasa syukur..
saat duka, bersabar, tabah dan rela.. karna semua ada hikmaahnya,
ini bukan puisi..
tapi ini emosi..

Kalo ada cinta, rasakan dan nikmati cinta itu..
mudah-mudahan dengan cinta, hidup ini terasa ada..
biarkan semua rasa kita terima..
karna rasa diciptakan untuk kita..
ini bukan puisi..
tapi ini emosi..

Ya tuhanku.. tuhan yang kuasa, tuhan yang memberikan rasa cinta..
biasanya aku selalu merasa bangga dengan cinta,
tapi sekarang cinta tidak lagi membuatku bangga..
cinta biasa saja..
cinta hanya nikmat yang wajib di syukuri.. itu saja!
tak perlu membanggakan cinta, apalagi menuhankan cinta..
jadi biasa saja dengan cinta..
ini emosii.. bukan puisi..

Tuhanku.. redhoilah rasa ini...
Tuhanku.. redhoilah rasa cinta ini..
aku tak butuh yang lain...
satu saja yang ku harap.. "keredhoan-Mu"..
amin..

"el_fagre"

Senin, 21 Juli 2008

Einstein: Percaya Tuhan Itu Takhayul

Kita boleh salut terhadap pemikiran-pemikiran para filusuf barat, tapi perlu kita ingat, bahwa mereka para fulusuf barat sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang menyangkut tuhan dan agama. mereka hanya mengatakan berdasarkan hati nurani mereka sendiri, tidak berdasarkan kepada rujukan yang benar yaitu "wahyu Allah".

salah satu contoh bisa kita ambil perkataan seorang filusuf terkenal "Einstein" yang mengatakan bahwa percaya terhadap tuhan hanyalah perkara takhayul saja. dibawah ini bisa anda baca perkataan einstein yang tidak berdasarkan pengetahuan yang cukup sebelum iya mengemukakan pendapatnya.

Albert Einstein mendeskripsikan kepercayaan terhadap Tuhan sebagai "takhayul yang kekanak-kanakan". Ilmuwan besar fisika ini juga mengatakan umat Yahudi bukanlah orang-orang terpilih.

Itu dikatakan dia dalam suratnya semasa hidup, yang dijual di London oleh sebuah rumah lelang. Demikian dikatakan seorang juru lelang, seperti dikutip AFP, Rabu (14/5/2008).

Bapak relativitas, yang pandangannya terhadap agama dikenal ambivalen dan memicu banyak perdebatan, membuat pernyataan ini sebagai respons terhadap seorang filosof pada 1954.

Sebagai seorang Yahudi, Eisntein mengatakan dirinya memiliki pertalian yang baik dengan warga Yahudi, namun dia mengatakan "Mereka (Yahudi) tidak memiliki perbedaan kualitas bagi saya dibandingkan orang lainnya".

"Kata Tuhan bagi saya tidak lebih dari ekspresi dan produk kelemahan manusia," kata dia dalam surat tertanggal 3 Januari 1954, yang ditujukan kepada filosof Eric Gutkind, seperti dikutip surat kabar The Guardian.

Surat berbahasa Jerman itu dijual Rumah Lelang Bloomsbury di Mayfair setelah menjadi koleksi pribadi selama lebih dari 50 tahun, kata juru lelang Rupert Powell.

"Bagi saya, agama Yahudi seperti lainnya adalah penjelmaan dari takhayul yang kekanak-kanakan," ujar ilmuwan yang terkenal dengan rumus E=MC2 ini.

Einstein menambahkan: "Sepanjang pengalaman saya, tidak ada kelompok manusia yang lebih baik dari kelompok lainnya."

Sebelumnya, ilmuwan besar ini terkenal dengan komentarnya seperti "Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang, dan agama tanpa ilmu pengetahuan buta".

Powell mengatakan surat Einstein itu telah dijual pekan ini dan memberi kejelasan tentang pemikiran Einstein sesungguhnya tentang persoalan tersebut.

Minggu, 20 Juli 2008

"Gi males mikirr.."

aku punya cita-cita... tapi ga tau apakah cita-citaku bisa aku wujudkan??
citaku terlalu tinggi.. tak sebanding dengan usahaku..
orang bilang boleh punya cita-cita setinggi langit.. tapi menurutku ga boleh!
kenapa gitu?? ya mank mesti gituu.. kalo ingin bercita-cita harus bisa diwujudkan dan berusaha terus untuk mewujudkannya..
kalo ukuranya setinggi langit, menurutku itu bukan cita-cita.. tapi hayalan....

aku selalu khawatir dengan cita-citaku..
aku ga kepikir kalo sempat nanti citaku terwujud..?? apakah aku bisa bertanggung jawab atas semua yg kuraih?
sebenarnya ga jadi persoalann.. sssantai jaaa...
kalo mank trwujud ya amiin... pastinya pujian dan rasa syukur hanya kepada sang khaliq..
sang pencipta langit,bumi beserta isi-isinya. gmn, setuju gaa??

yang jelas sekarang selesaikan tugas yang ada, persiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi.
persiapkan juga kalo nanti apa yang dicitakan ga terwujud..
tapi na'uzubillah..! aku selalu nelpon orang tua dan keluarga dirumah.. minta mereka agar jangan putus mendoakanku..
karna aku yakin setelah usaha yang ku perbuat, doa adalah salah satu jalan agar usahaku itu berhasil. amiin!

nah, bicara masalah cita-cita, ada sebagian orang aneh yang tak punya cita-cita..
aku herann?? masa ga punya cita-cita...
tapi masih mending ga punya cita-cita, yang anehnya lagi, ada yang punya cita-cita tapi ga tau apa cita2nya..! waaaa.. kalo gini aku ga mau ikut mikir laah...
tapi sebenarnya punya cita2 ato ga, tetap ja yang ngaturr Allah.. jadi terserah Allah mo jadiin kita apa. nah ini nih.. ini... ungkpan itu mank benar.. saya setuju.. tapi Allah menjadikan sesuatu itu sebab dan musabab, insyAllah ini bisa difahami.

ok lah.. sampe disini ja..
dua pintaku.. "pertama: Restu ibu abahku.. dan kedua: keRedhoan Allah SWT. amin.

"el_fagre"

Sabtu, 19 Juli 2008

"Asal mula filsafat"

Sebelum kita mengetahui tahapan-tahapan ilmu filsafat, kita harus mengenal terlebih dahulu dari mana asal muasal munculnya ilmu filsafat? Setelah mengenal dari mana asalnya, barulah kemudian kita bisa membagi tahapan ilmu filsafat.

Berikut sedikit penjelasan tentang asal muasal filsafat. Pada dasarnya masalah tentang asal muasal filsafat masih ikhtilaf atau terdapat perbedaan pandangan. Disini kami mencoba memberi gambaran tentang asal muasal filsafat. Tapi saya sndiri lebih condong berpendapat bahwa filsafat berasal timur tengah.

Berbicara asal mula filsafat banyak tulisan yang mengasumsikan bahwa filsafat dimulai dari barat/Yunani, bagi penulis asumsi/statement ini tidak sepenuhnya benar. Menurut penulis satu ungkapan yang lebih benar adalah filsafat bermula dari Timur. banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Islam. Hemat penulis, lebih baik penulis petakan pendapat tentang asal mula filsafat menjadi tiga pendapat agar menjadi lebih jelas dan pembaca akan menilai sendiri dari mana sebenarnya asal mula filsafat, pendapat itu adalah sebagai berikut :

1. Pendapat yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari Yunani/Barat.
2. Pendapat kedua yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Timur.
3. Pendapat yang menggabungkan dua pendapat diatas (dan penulis termasuk yang setuju dengan pendapat ini)

Penulis akan jelaskan tiga pendapat diatas secara detail, meliputi tokoh-tokohnya, argumen/dalil pendapat mereka dan terakhir perbandingan antara ketiga pendapat tersebut.

Kelompok Pertama

Kelompok ini berpendapat bahwa filsafat berasal dari yunani atau barat, orang pertama yang mengungkapkan bahwa filsafat berasal dari yunani adalah filsuf terkenal dari yunani Aristoteles (384-322 SM) pada abad ke 4 Sebelum Masehi, ia pun berpendapat bahwa filsafatdikembangkan pertama kali oleh Thales (640-550 SM) pada pertengahan abad ke 6. Dan kelompok ini pun berpendapat bahwa orang-orang yunani adalah yang menemukan olahraga, ilmu alam, serta filsafat. Yang perlu penulis ungkapkan adalah banyak para pemikir barat yang berpendapat sama dengan pendapat pertama ini antaranya adalah Bertrand Russel, Hanry Piere dan lainnya. Dan yang paling mengejutkan adalah banyak dari para filsuf arab dan filsuf muslim yang berpendapat seperti para pemikir diatas, diantara mereka adalah Alfarabi (950-870 M) pengakuannya tentang filsafat dimulai dari yunani termuat dalam salah satu naskahnya tentang Plato dan Aristoteles (384-322 SM), ada juga Asy-Syahrastani serta Ibnu Kholdun yang sependapat dengan Alfarabi.

Argumen Mereka :

1. Kalimat Filsafat adalah kalimat Yunani asli, dan tidak terdapat pada bahasa dahulu manapun. Menurut bahasa yunani kata “filsafat” tediri dari 2 kata philos (kekasih, sahabat) dan sophia (kebijaksanaan, kearifan). dan orang yang pertama kali menggunakan kata ini adalah Pytaghoras sekitar tahun 582-507 SM.
2. Filsuf Dunia pertama adalah Thales (640-550 SM) berkewarganegaraan yunani, dan ia berbicara dengan bahasa yunani.
3. Penemu ilmu logika, ilmua alam, olahraga adalah orang yunani.

Kelompok kedua

kelompok ini berpendapat bahwa filsafat berasal dari timur/Islam tepatnya di beberapa negara antara lain adlah India, Persia, Irak dan Mesir Kuno. Para filsuf yang berbendapat sama dengan pendapat ini adalah Imam Ghazali (1111-1059 M), ia tulis dalam kitabnya al-Munqidz min adh-Dholal : Para Filsuf telah mengambil Kaidah-kaidah politik dari kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para nabi-nabiNya. Selain Ghazali ada juga Alqifthi yang menulis dalam kitabnya Akhbar al-’Ulama. Dan yang menarik adalah ada beberapa dari para pemikir eropa yang sependapat dengan Ghazali dan Alqifthi, mereka adalah Will Durant dalam bukunya The Story of Cultural, George Shartoon dalam bukunya The History of Sciense, Masoon Orsel dalam bukunya Philosophy in east.

Argumen mereka :

1. Para ahli Riset telah menemukan bahwa awal pemikiran mulai berkembang di Timur.
2. Para sejarawan menyatakan bahwa para filsuf barat/yunani semisal Thales, Phytaghoras, Demokrithos (460-370 SM), Plato dan lain-lain telah menziarahi Mesir Kuno untuk mengambil berbagai ilmu.
3. Pemikiran-pemikiran barat adalah saduran dari pemikiran-pemikiran timur.

Kelompok ketiga

kelompok ini membagi asal mula filsafat menjadi dua fase (gabungan dari dua pendapat diatas). Fase pertama: filsafat (umum) sebagai sebuah pembahasan yang bersifat ‘aqli pada fisika dan metafisika itu berasal dari timur kuno. Fase kedua: filsafat (khusus) sebagai sebuah disiplin ilmu yang sudah sistematis (sudah banyak dikodifikasi melalui buku-buku) itu berasal dari barat/yunani.
Dari penjelasan diatas sudah jelas bahwa asal mula filsafat melewati dua fase, dalil yang menguatkan adalah timur mendahului barat dari sisi penemuan ilmu seperti: ilmu alam, astronomi dan lainnya, banyak filsuf barat yang mempelajari berbagai ilmu salah satunya adalah filsafat (tentunya belum sistematis) lalu mereka sempurnakan hingga menjadi disiplin ilmu yang sistematis. Analoginya seperti ini: Aristoteles adalah penemu ilmu logika, namun tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang timur sudah menemukan ilmu logika namun belum sistematis dan belum menjadikannya sebagai disiplin ilmu.
Nah, kiranya anda sudah bisa menyimpulkan dari mana sebenarnya filsafat itu berasal. Oke mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat.
(tulisan ini penulis —Peminat filsafat— racik dari berbagai sumber)

sejarah perkembangan filsafat

Masyarakat primitif menganut pemikiran
mitosentris yang mengandalkan mitos guna menjelaskan fenomena alam. Perubahan
pola pikir dari mitosentris menjadi logo-sentris membuat manusia bisa
membedakan kondisi riil dan ilusi, sehingga mampu ke-luar dari mitologi dan
memperoleh dasar pengetahuan ilmiah. Ini adalah titik awal ma-nusia menggunakan
rasio untuk meneliti serta mempertanyakan dirinya dan alam raya.

1.
Filsafat kuno dan abad pertengahan

Di masa ini, pertanyaan tentang asal usul
alam mulai dijawab dengan pendekat-an rasional, tidak dengan mitos. Subjek
(manusia) mulai mengambil jarak dari objek (alam) sehingga kerja logika (akal
pikiran) mulai dominan. Sebelum era
Socrates, kaji-an difokuskan pada alam yang berlandaskan spekulasi metafisik. Menurut
Heraklitos (535-475 SM), realita di alam selalu berubah, tidak ada yang tetap
(api sebagai simbol perubahan di alam) sementara Parmenides (515-440 SM)
mengatakan bahwa realita di alam merupakan satu kesatuan yang tidak bergerak
sehingga perubahan tidak mungkin terjadi.


Pada era Socrates, kajian filosofis mulai
menjurus pada manusia dan mulai ada pemikiran bahwa tidak ada kebenaran yang
absolut. Beberapa filosof populernya adalah Socrates (479-399 SM), Plato
(427-437 SM) dan Aristotles (384-322 SM).
Socrates mendefinisikan, menganalisis dan mensintesa kebenaran objektif
yang universal melalui metode dialog
(dialektika). Satu pertanyaan dijawab dengan satu jawaban. Plato mengembangkan konsep dualisme (adanya bentuk dan persepsi). Ide yang ditangkap oleh pikiran (persepsi)
lebih nyata dari objek material (bentuk) yang dilihat indra. Sifat persepsi tidak tetap dan bisa berubah,
sementara bentuk adalah sesuatu yang tetap. Aris-totles menyatakan bahwa materi
tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Fil-suf ini juga memperkenalkan
silogisme, yaitu penggunaan logika
berdasarkan analisis bahasa guna menarik kesimpulan. Silogisme memiliki dua
premis mayor dan satu ke-simpulan sehingga, suatu pernyataan benar harus sesuai
dengan minimal dua pernyataan pendukung. Logika ini disebut juga dengan logika deduktif yang mengukur valid tidak-nya
sebuah pemikiran.

Pada abad pertengahan (abad 12–13 SM) mulai
dilakukan analisis rasional terha-dap sifat-sifat alam dan Allah, analisis
suatu kejadian/materi, bentuk, ketidaknampakan, logika dan bahasa. Salah satu
filsufnya adalah Thomas Aquinas (1225-1274).

2.
Filsafat modern (abad 15 – sekarang)

Berkembang beberapa paham yang menguatkan
kedudukan humanisme sebagai dasar dalam perkembangan hidup manusia dan
pengetahuan. Paham rasionalisme me-nyatakan bahwa akal merupakan alat
terpenting untuk memperoleh dan menguji penge-tahuan. Kedaulatan rasio diakui
sepenuhnya dengan menyisihkan pengetahuan indra. Menurut Rene Descartes (paham
rasionalisme dan skeptisme), pengetahuan yang benar harus berangkat dari
kepastian. Untuk memastikan kebenaran sesuatu, segala sesuatu harus diragukan
terlebih dahulu. Keragu-raguan membuat manusia bertanya/mencari ja-waban untuk
memperoleh kebenaran yang pasti (manusia harus berpikir rasional untuk mencapai
kebenaran).

Pada paham empirisme, segala sesuatu yang
ada dalam pikiran didahului oleh pengalaman indrawi. Pengetahuan dikembangkan dari pengalaman indra
secara konkrit dan bukan dari rasio. Menurut
John Locke (empirisme dan naturalisme), pikiran awal-nya kosong. Isi pikiran (ide)
berasal dari pengalaman indrawi (lahiriah dan batiniah) ter-hadap substansi
(benda) di alam. David Hume (skeptisme dan empirisme) mengatakan ide atau
konsep didalam pikiran berasal dari persepsi (kesan terhadap pengalaman indra-wi)
dan gagasan (konsep makna dari kesan) terhadap suatu substansi, bukan dari substansinya.
Sementara menurut Francis Bacon, pengetahuan merupakan kekuatan un-tuk
menguasai alam. Pengetahuan diperoleh
dengan metode induksi melalui eksperi-men dan observasi terhadap suatu fenomena
yang ingin dikaji. Paham lainnya adalah
idealisme yang dianut Barkeley: ada disebabkan oleh adanya persepsi; dan paham
idealisme – kritisisme yang dikembangkan Imanuel Kant. Menurut Kant, hakikat
fisik adalah jiwa (spirit) dan pengetahuan adalah hasil pemikiran yang dihubungkan
dengan pengalaman indrawi. Paham ini menggabungkan konsep rasionalisme dengan
empiris-me. Paham positive-empiris
(Aguste Comte) menyatakan bahwa realita berjalan sesuai dengan hukum alam
sehingga pernyataan pengetahuan harus bisa diamati, diulang, diu-kur, diuji dan
diramalkan. Sementara paham pragmatisme William James menyatakan kebenaran
suatu pernyataan diukur dari kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional (bermanfaat) dalam kehidupan praktis. Pernyataan dianggap benar jika kon-sekuensi
dari pernyataan tersebut memiliki kegunaan praktis bagi manusia.